Suatu pagi yang dingin di desa. Terasa lahir bagai kicauan
burung. Tak terasa, hampir sepekan diri ini kembali ke desa tempat kelahiranku.
Tanpa sebuah tempat yang pasti terselip dalam benakku, merenung, membaca diriku
sendiri dan bercerita sembari tangan menari nari dengan dinginnya udara pagi
yang menemani diri ini dengan secangkir kopi. Perjalanan adalah tempat di mana
aku menemukan sebuah inspirasi. Objek, keindahan dan lain sebagainya. Tapi
disini, kensunyian sekaligus kehidupanku aku nikmati di sini. Seraya memikirkan
kehidupanku selanjutnya.
Saat
menegok teman temanku sendiri, mungkin aku bagaikan seekor burung dara yang
kehilangan arah. Berputar putar di ketingian seraya menemukan kembali jalan.
Seekor burung dara yang tertinggal dari gerombolanya, mungkin seperti itulah
aku. Dan, aku juga sangat tahu. Kenapa aku lebih memilih ini semua. Dan, ada
pulah yang tak bisa aku jelaskan seperti tetes air hujan yang membasahi bumi
ini. Aku ingin mengisi diriku dengan segala ketidakmungkinan melihat apa yang tak
ingin dilihat oleh orang orang seusiaku, aku mencari. Dalam kebelenguan dan
ketidakpastian.
Hujan, masih terdengar lirih di antara rimbunya pohon. Lampu
lampu memancar redup. Jarak pandangpun menelusup di sela sela kabut. Membuat
peta peta untuk yang tak terlihat jauh di depan sana. Aku sedang mempersiapkan
diri ini untuk sebuah perjalanan. Mungkin hari ini, aku bagai tanah oleh
pikiranku sendiri. Tapi aku tahu, aku memilih jalan memutar agar aku tak
terlarut dalam kebelenguan yang penuh dengan kegilaan yang menenangkan.
Bertarung, berdebat, saling mengancam, menuduh dan menganggap antara satu dan
lainya adalah penecut. Aku terus bertarung diantara diriku sendiri.
Ketika aku melihat apa yang aku lakukan selama ini, rasa
rasanya aku seperti berjalan jauh dalam pikiran pikiranku sendiri. Mungkin,
tubuh ini belum meninjakkan kakinya di negeri jauh. Tapi selaknya ungkapan
Stephen hawking ‘’ in my mind, I’m free’’ aku mengembara dalam dunia yang aku
ciptakan sendiri, seperti dunianya para pemimpi dalam the inception. Seperti
itulah aku saat ini hidup.
Tapi, biarlah saat ini aku mengembara dengan pikiran
pikiranku. Bagaikan tong kosong berbunyi nyaring. Dalam sesuatu yang tak menentu, Inilah aku. Dengan sedikit pergaulanku, ketidak aktifanku,asingku,
yang kelihatan tak mampu seperti halnya pemuda dan pemudi lain. Tapi dibalik
itu semua, saya yakin dan percaya bahwa diri ini mampu dan mandiri dalam menyikapi segala
hal. Yang masih berfikir waras untuk sekedar duduk dan berbincang.