Friday, 6 January 2017

Kesunyian

Suatu pagi yang dingin di desa. Terasa lahir bagai kicauan burung. Tak terasa, hampir sepekan diri ini kembali ke desa tempat kelahiranku. Tanpa sebuah tempat yang pasti terselip dalam benakku, merenung, membaca diriku sendiri dan bercerita sembari tangan menari nari dengan dinginnya udara pagi yang menemani diri ini dengan secangkir kopi. Perjalanan adalah tempat di mana aku menemukan sebuah inspirasi. Objek, keindahan dan lain sebagainya. Tapi disini, kensunyian sekaligus kehidupanku aku nikmati di sini. Seraya memikirkan kehidupanku selanjutnya.

Saat menegok teman temanku sendiri, mungkin aku bagaikan seekor burung dara yang kehilangan arah. Berputar putar di ketingian seraya menemukan kembali jalan. Seekor burung dara yang tertinggal dari gerombolanya, mungkin seperti itulah aku. Dan, aku juga sangat tahu. Kenapa aku lebih memilih ini semua. Dan, ada pulah yang tak bisa aku jelaskan seperti tetes air hujan yang membasahi bumi ini. Aku ingin mengisi diriku dengan segala ketidakmungkinan melihat apa yang tak ingin dilihat oleh orang orang seusiaku, aku mencari. Dalam kebelenguan dan ketidakpastian.  

Hujan, masih terdengar lirih di antara rimbunya pohon. Lampu lampu memancar redup. Jarak pandangpun menelusup di sela sela kabut. Membuat peta peta untuk yang tak terlihat jauh di depan sana. Aku sedang mempersiapkan diri ini untuk sebuah perjalanan. Mungkin hari ini, aku bagai tanah oleh pikiranku sendiri. Tapi aku tahu, aku memilih jalan memutar agar aku tak terlarut dalam kebelenguan yang penuh dengan kegilaan yang menenangkan. Bertarung, berdebat, saling mengancam, menuduh dan menganggap antara satu dan lainya adalah penecut. Aku terus bertarung diantara diriku sendiri.

Ketika aku melihat apa yang aku lakukan selama ini, rasa rasanya aku seperti berjalan jauh dalam pikiran pikiranku sendiri. Mungkin, tubuh ini belum meninjakkan kakinya di negeri jauh. Tapi selaknya ungkapan Stephen hawking ‘’ in my mind, I’m free’’ aku mengembara dalam dunia yang aku ciptakan sendiri, seperti dunianya para pemimpi dalam the inception. Seperti itulah aku saat ini hidup.

Tapi, biarlah saat ini aku mengembara dengan pikiran pikiranku. Bagaikan tong kosong berbunyi nyaring. Dalam sesuatu yang tak menentu, Inilah aku. Dengan sedikit pergaulanku, ketidak aktifanku,asingku, yang kelihatan tak mampu seperti halnya pemuda dan pemudi lain. Tapi dibalik itu semua, saya yakin dan percaya bahwa diri ini mampu dan mandiri dalam menyikapi segala hal. Yang masih berfikir waras untuk sekedar duduk dan berbincang.

Antara Mokoit dan Tondoit lahirlah kope yang saat ini lebih dikenal dengan Kopandakan. teruntuk desaku dan pergaulanku.

No comments:

Post a Comment

Tepat ke-29 tahunya sudah kalian bersama. Mengarungi bahtera rumah tangga yang banyak di terpa masalah masalah. Tapi tetap kokoh dan bersama...