Saturday, 26 August 2017

Who's Know ?

Sejujurnya, Ada hari yang ingin saya hapus dari memori. tapi, entah kenapa melekat terlalu kuat. hari dimana kamu duduk tepat di depanku. tersenyum, menatap tajam, ada kekecewaan, ada kebencian, ada juga keputus asaan, mungkin.

Hari ini ada tanggal yang saya kenang kembali. Ketika kata kata indah terucap pada hari itu. Ketika serasa dunia hanya milik kita. Ketika waktu dan kesempatan hanya milik kita. Tapi sudahlah, kita hanya perlu mengenang. Dan mungkin hanya saya yang terkenang dengan tanggal itu.

Sungguh ini kuasa Tuhan, saya tidak mengetahui kenapa setiap tanggal 26 itu kami tidak bisa melewatinya berdua. Tapi kali ini mungkin tidak berdua, melainkan senyuman yang semoga tak biasa. Ini bukan rencana yang disutradarai, dan bukan drama yang dipentaskan. namun saya  berkesimpulan dan semoga kamu setuju. Allah SWT yang Maha Mengatur dan Maha Mengetahui memiliki tujuan. yang menyuruh untuk berpikir, agar bisa menjawab pertanyaan dari kata menghapus tersebut. Dan saya menjawab pertanyaan itu, jawabnya seperti ini, karena dengan terjadinya hal semacam itu, Tuhan memberi makna khususnya untuk saya dimana saya diajarkan arti menjaga kepercayaan rasa cinta.

Selalu mengenang tanggal 26, bukan berarti tidak bersama merasakan bahagia dihari itu. namun itu mungkin pelajaran supaya tetap bisa memberikan. atau tetap menjaga kepercayaan antaranya. Cinta yang tak lekang oleh jarak dan waktu. Saling berbagi rindu saat berjumpa, menghargai dan menerima keadaan masing-masing, tidak saling mengekang, serasa seperti insan yang bahagia, bahkan lain sebagainya. Terkenang kembali. Dan mungkin saja untuk kembali.

Thursday, 24 August 2017

Kobiyobiyomay

Kobiyobiyomay.
(Bahasa daerah yang disempurnakan)
Sebuah kata dan situasi yang terjadi setiap kali kita bertemu, dari mulai detik pertama hingga saat ini. Mungkin. Entah mengapa diam selalu seolah mendominasi, hingga terjadi sebuah komunikasi yang kembali melebih.

Meleburkan kata yang hendak terucap, seperti emosi masalalu yang melekat. membekukan bibir yang hendak berbicara, mengalihkan pandangan sehingga ada pertemuan mata, menghapuskan senyuman perekat sebuah kedekatan. Hanya senyum kimpul yang tergambar di raut wajah diantara kita.

Hari ini adalah sejarah kebahagian buatku. Selebihnya, kebahagiaan mereka yang mendahulu. Hitam kemejaku, dan biru celanaku. menandakan kebahagian yang pergi dahulu. Bukan tentang kau dan aku. Tapi, tentang rindu yang kembali beradu menyapa. Diam, seperti benalu yang perlahan menghisap kesedihan lama.





Tuesday, 22 August 2017

Ketenangan dalam Kenangan

Beberapa hari lalu saya sempat menuliskan sebuah tulisan tentang "keadaan dan ketabahan", dan berlanjut dengan "bila saja". Tulisan ini saya tulis ketika Ketenangan mulai menghampiriku Bukan karna ingin menyambung tulisan tulisan sebelumnya, tapi semoga ada keterkaitan antara tulisan tulisan yang sebelunnya. dengan merujuk sebuah referensi tentang hati dan kesendirian, akhirnya saya mendapat satu inspirasi dari buku "My long distance" yang di ditulis oleh seorang fotografer jalanan di sebuah negara di benua amerika.

Perjalanan memang tak pernah bisa menjadi semulus yang diharapkan. Terjal, berbatu, menanjak menyulitkan, melelahkan, bahkan memunculkan keinginan untuk menyerah. Tapi menyerah tak akan pernah memperbaiki masalah. Seperti Sepasang insan dengan kepribadian yang berbeda. Secocok apa pun, pasti suatu saat akan berseteru. Mudah atau tidaknya diselesaikan itu semua bergantung pada niat dari masing-masing pribadi untuk mau menghadapi dan menyelesaikan dengan kepala dingin. Saat masalah datang, bukan emosi dan kesal serta tangis yang ditekankan, tapi pelajaran agar tak jatuh dalam perkara yang sama dan kesempatan untuk saling mengenal lebih baik lagi.

Malam pekat ditemani secangkir pahit yang melekat,  telah mengajariku arti menunggu dengan tetap setia. Saya yakin dan percaya bahwa kau tak akan menunda segalanya yang menjadi rencana kita. Namun, adakalanya hari-hari yang berwarna putih itu akan mencapai jenuhnya, Hitam gelap tanpa cahaya bahkan terombang-ambing tanpa kepastian. tanpamu tanpaku bersama, kita di sini. Kau memberikan gambaran yang tak pasti, dan mungkin sudah takakan pernah. entah saya berusaha pahami segalanya, namun hati ini menuntut pertemuan itu. Dan akhirnya di pertemukan dengan keadaan yang biasa walau terasa tak biasa.

Hati bukanlah benda mati yang bisa kau abaikan. Namun, sekuatku akan jadi yang terhebat bagimu. Segala cobaan ini hanyalah ujian agar jadilah kuat perasaan di antara kita. Imbangi aku. Jika masih ada rasa diatara waktu yang kian akan berlalu dan berlalu. Semampuku akan Tenang menunggu hingga waktu menjawab semua cita citaku.

                                 Sisipan;

Tenang
Seperti laut tanpa gelombang
Seperti sunyi pada larutnya malam
Ingin tenang
Membiarkan lidah menanggung pahit
Membiarkan awan menanggung lusuhnya langit
Tenang
Tanpa menyalahkan jalan yang berlainan
Tanpa menghardik kejamnya keputusan
Tetap tenang
Karena perpisahan mesti diucapkan
Karena ada indah di balik kesedihan


Bila Saja

Seharusnya dari awal saya sudah tau, bahwa waktu yang saya abaikan akan secepatnya berlalu. Tidak seharusnya saya menangisi kepergianya, tapi sudah seharusnya saya menangisi kesalahanku yang tak memanfaatkanya, yang mengabaikannya, dan yang tak berani mengaturnya.

Bila saja, saya dapat menggenggam waktu itu, bila saja saya berani mengatur waktu yang kutahu dia akan berlalu. Iya. Bila saja. Tapi pada kenyataannya nyaliku hanya sekedar untuk menggabaikanya. Nyaliku tak sejauh pengharapanku. Dan kini, ketika saya tahu. Nyaliku semakin ciut dan akhirnya hilang, bersama harapan itu. Dan kenyataannya semua sia sia.

Kini hanya sesal yang dapat kutuangkan dalam sebuah Tulisan. Bukan dalam sebuah gengaman yang seharusnya. Kini hanya sesal yang menemani malam malamku bersama segelintir pikiran pikiran penikmat kopi dan pecandu sebatang rokok. Melengangkapi tulisan saya tentang keadaan saat ini, mungkin hanya kibort leptop dan secakir kopi menemani malam malamku menghabiskan sisa sisa cita cita yang entah akan di capai atau tidak.

Tulisan ini saya tulis ketika melihat seseorang dalam pandangan biasa, dalam pandangan mengenal tapi tak dikenal. Ketika rencana hanya berujung wacana. Yang kini hanya berujung sia sia.

Monday, 21 August 2017

Keadaan

      Entah kenapa akhir - akhir ini yang saya rasakan selalu tak enak untuk di pikirkan.Cuma satu hal yang ingin aku lakukan yaitu merangkai kata tanpa makna. seperti, penyesalan yang tak berujung usai.              
Saya sendiri pun tak tau kenapa jadi seperti ini. Apa karena banyak pikiran pikiran yang terlalu menghantui otak? Atau keadaan yang memungkin otak bersinergi dengan hati? Entahlah. Yang pasti mungkin itu yang sering kebanyakan orang katakan bahwa Kemanapun kita pergi kita selalu ingat bahwa Rumah menjadi satu satunya Tempat untuk kembali. Bersama Ayah dan Ibu tempat kita mengadu Isi hati apa yang terjadi selama ini.

Saya hanya manusia biasa yang juga mempunyai beban hidup. Hanya orang munafik lah yang tak mengakui itu. Hanya orang bodoh yang selalu bilang kalau dia kuat menjalani semuanya sendirian. Tidaklah satu manusia yang dapat bahagia tanpa menceritakan keadaan dirinya sendiri. Mungkin penyesalan selalu datang di kala kita sadar bahwa sesunguhnya yang kita lakukan ada timbal balik dari semua itu.

Saat ini mungkin saya sadar. Bahwa berfoya foya dengan waktu yang memberikan kebahagiaan kepada orang lain adalah salah. apalagi, kebahagiaan itu hanya sementara. Tapi tak mengapa bagiku. Setidaknya, kita mengambil satu pengalaman. bahwa waktu adalah harta berharga yang tidak harus kita sia sia kan. Apalagi kepada orang yang hanya datang mecari waktu tanpa memberikan waktunya kepada kita.

Penyesalan kita akan lebih sadar ketika kita merasa lebih tua dengan Akhirat. Kita pasti akan memikirkan hal hal yang pernah kita lakukan hanya untuk dunia. Tak apalah biarkan itu menjadi pelajaran hidup. Bahwa sefoya foyanya kita mengejar dunia, kita tetap akan merujuk kepada akhirat.

Hari ini saya sadar. Bahwa cerita yang pernah berlalu, yang telah usai di makan waktu. Memberikan banyak pelajaran bagiku. Bahwa sebaik baiknya manusia adalah manusia yang sadar akan perbuatanya.

Untuk ayah dan ibu, maafkan anakmu yang gagal dalam mendewasakan diri. Yang hanya mendengarkan nasihat tanpa melakukannya. Yang hanya bisa menyesal ketika keadaan saat ini tak lagi seperti dulu.(surat kecil)

Tulisan ini saya tulis ketika lelahnya kaki berjalan, ketika lelahnya pungung,  ketika jauhnya mendaki, ketika hati hanya bisa mensyukuri. bahwa waktu tak dapat diputar kembali.

Sunday, 20 August 2017

Merenung

Di hadapan senja ku menceritakan sedikit kisah.
Tentang cinta yang sudah tak berkisah.
Tentang rindu yang kembali beradu
Tentang rasa yang sudah tak bersatu

Perlu kau tau, Senja yang indah dan sebentar seperti memberi sebuah pengertian, bahwa waktu adalah salah satu dari sekian hal yang tak bisa didaur ulang.

Cukuplah untuk kita renungkan sebentar.
Sudah terlalu banyak waktu yang terbuang
Sudah terlalu banyak kenangan yang di ulang.
Perlu di perjelas,
"Aku menikmati semua kepergian itu".

Tepat ke-29 tahunya sudah kalian bersama. Mengarungi bahtera rumah tangga yang banyak di terpa masalah masalah. Tapi tetap kokoh dan bersama...