Seharusnya dari awal saya sudah tau, bahwa waktu yang saya abaikan akan secepatnya berlalu. Tidak seharusnya saya menangisi kepergianya, tapi sudah seharusnya saya menangisi kesalahanku yang tak memanfaatkanya, yang mengabaikannya, dan yang tak berani mengaturnya.
Bila saja, saya dapat menggenggam waktu itu, bila saja saya berani mengatur waktu yang kutahu dia akan berlalu. Iya. Bila saja. Tapi pada kenyataannya nyaliku hanya sekedar untuk menggabaikanya. Nyaliku tak sejauh pengharapanku. Dan kini, ketika saya tahu. Nyaliku semakin ciut dan akhirnya hilang, bersama harapan itu. Dan kenyataannya semua sia sia.
Kini hanya sesal yang dapat kutuangkan dalam sebuah Tulisan. Bukan dalam sebuah gengaman yang seharusnya. Kini hanya sesal yang menemani malam malamku bersama segelintir pikiran pikiran penikmat kopi dan pecandu sebatang rokok. Melengangkapi tulisan saya tentang keadaan saat ini, mungkin hanya kibort leptop dan secakir kopi menemani malam malamku menghabiskan sisa sisa cita cita yang entah akan di capai atau tidak.
Tulisan ini saya tulis ketika melihat seseorang dalam pandangan biasa, dalam pandangan mengenal tapi tak dikenal. Ketika rencana hanya berujung wacana. Yang kini hanya berujung sia sia.
No comments:
Post a Comment