Beberapa hari lalu saya sempat menuliskan sebuah tulisan tentang "keadaan dan ketabahan", dan berlanjut dengan "bila saja". Tulisan ini saya tulis ketika Ketenangan mulai menghampiriku Bukan karna ingin menyambung tulisan tulisan sebelumnya, tapi semoga ada keterkaitan antara tulisan tulisan yang sebelunnya. dengan merujuk sebuah referensi tentang hati dan kesendirian, akhirnya saya mendapat satu inspirasi dari buku "My long distance" yang di ditulis oleh seorang fotografer jalanan di sebuah negara di benua amerika.
Perjalanan memang tak pernah bisa menjadi semulus yang diharapkan. Terjal, berbatu, menanjak menyulitkan, melelahkan, bahkan memunculkan keinginan untuk menyerah. Tapi menyerah tak akan pernah memperbaiki masalah. Seperti Sepasang insan dengan kepribadian yang berbeda. Secocok apa pun, pasti suatu saat akan berseteru. Mudah atau tidaknya diselesaikan itu semua bergantung pada niat dari masing-masing pribadi untuk mau menghadapi dan menyelesaikan dengan kepala dingin. Saat masalah datang, bukan emosi dan kesal serta tangis yang ditekankan, tapi pelajaran agar tak jatuh dalam perkara yang sama dan kesempatan untuk saling mengenal lebih baik lagi.
Malam pekat ditemani secangkir pahit yang melekat, telah mengajariku arti menunggu dengan tetap setia. Saya yakin dan percaya bahwa kau tak akan menunda segalanya yang menjadi rencana kita. Namun, adakalanya hari-hari yang berwarna putih itu akan mencapai jenuhnya, Hitam gelap tanpa cahaya bahkan terombang-ambing tanpa kepastian. tanpamu tanpaku bersama, kita di sini. Kau memberikan gambaran yang tak pasti, dan mungkin sudah takakan pernah. entah saya berusaha pahami segalanya, namun hati ini menuntut pertemuan itu. Dan akhirnya di pertemukan dengan keadaan yang biasa walau terasa tak biasa.
Hati bukanlah benda mati yang bisa kau abaikan. Namun, sekuatku akan jadi yang terhebat bagimu. Segala cobaan ini hanyalah ujian agar jadilah kuat perasaan di antara kita. Imbangi aku. Jika masih ada rasa diatara waktu yang kian akan berlalu dan berlalu. Semampuku akan Tenang menunggu hingga waktu menjawab semua cita citaku.
Sisipan;
Tenang
Seperti laut tanpa gelombang
Seperti sunyi pada larutnya malam
Ingin tenang
Membiarkan lidah menanggung pahit
Membiarkan awan menanggung lusuhnya langit
Tenang
Tanpa menyalahkan jalan yang berlainan
Tanpa menghardik kejamnya keputusan
Tetap tenang
Karena perpisahan mesti diucapkan
Karena ada indah di balik kesedihan
No comments:
Post a Comment