Tulisan ini saya tulis kepada mereka yang pernah menjadi kawan dan lawan dalam pertemanan. Jujur saja, hari ini mungkin ada yang melupa. Ketika di persimpangan berjumpa tapi tak menyapa. Ketika kata hay hanya di dalam hati saja. Kawan, jangan mengenang hanya karna kedekatan saja. Tapi kenanglah karna kita pernah bersama. Bukan soal pernah menjadi lawan, tapi soal pernah berkawan. Karna pertemanan tak selamanya dikenang. Ia harus di lupa agar ada kerisauan dalam dada untuk menyapa. Siapa saya dan bagaimana saya pernah bersama kalian. Tidak perlu lagi untuk berpura pura menyapa. Karna pada dasarnya lebih baik memenjarakan suasana. dibanding harus melepaskannya hanya untuk sekedar menyapa dusta.
Hallo kalian para sarjana muda, sudahkan kalian bekerja? Atau sudahkan kalian menikah? Saya hanya ingin bertanya saja. Mungkin ada yang melupa siapa saya. Tapi tak mengapa, karna lebih baik kita mengingat dari pada melupa. Soal siapa dan siapa. Biar ingatan saja yang mulai mengupas logika ingatan kita. Bicara soal mengenang, mungkin hari ini logika saya mulai terbuka. Satu persatu perjalanan kuliah saya mulai terbuka. Dari awal hingga akhir mulai teringat kembali. Saat menulis akhir semester lalu. Saya ingin kembali menyapa mereka dengan tulisan. Tak bagus. tapi hanya sedikit dari kita yang mulai hobi untuk menulis. Meluangkan waktu bersama selembar kertas dan secungkil pensil biar nanti bisa di hapus di kemudian hari. Karena tak selamanya kita di kenang melainkan siapa yang membaca kembali.
Tulisan ini hanyalah sepintas dari saya untuk menyapa. Kira kira masih ada yang kenal atau tidak. Yah tidak mengapa. Karena dari awal mungkin saya tidak pernah menyapa hanya menjadi kawan saja. Jujur saja melihat mereka hari ini yang banyak mengenang moment saat kebersamaan, timbul pertanyaan dalam benak saya. Mengapa tidak ada yang mengenang moment moment pertemanan bersama saya? Atau mereka sudah lupa? Atau atau atau lainya. Sudahlah. Biarkan tanya ini menjawab di suatu waktu. Disuatu suasana. Ketika ada hal yang ingin di tanya, dan ketika waktu itu malu untuk menyapa siapa saya dan siapa saya. Mungkin saja. Biarkan saja.
Pertemanan memang mengasikan. ketika semua moment yang pernah kita jalani bersama, kembali untuk kita kenang. Tapi terasa percuma. ketika siapa yang kita kenal duluan lalu yang terkenang hanya mereka yang dikenal di akhir saja. Pemahaman saya hari ini, yang masih menjadi mahasiswa. mungkin mereka mengenang hanya karna mereka sederajat. Sesarjana, seagama. Dan bahkan sebanyak uang yang mereka punya. Mungkin saja. Karena melihat dinamika hari ini, yang terjadi yah begitu begitu saja. Mengenang moment pertemanan, hanya melihat mereka dan mereka saja. Tanpa melihat kita sebagian dari mereka. Mungkin ada yang merasa seperti saya, tanpa harus mengungkapkannya. Karena mereka sadar, kita memang tidak pernah sejalan dari awal. Kita tidak seharmonis yang selalu di suarakan. Bukan maksud untuk menyindir tapi kenyataan mengatakan demikian.
Akhir kata dari tulisan saya ini adalah, hari ini mungkin kalian mengenang satu persatu tanpa melibatkan semua. Karena kedekatan emosional yang berbeda. Karena persamaan suku ras dan agama. Karena persamaan siapa lawan dan siapa kawan yang sebenarnya. Tapi ingat dan ingat. Jangan pernah melihat kebelakang, ketika hal demikian yang kalian tinggalkan. Tetapi lebih di pandang di kemudia hari, lebih di angkat di kemudian hari. Dan lebih di hormati di kemudian hari. Karena itu semua akan ada pada satu titik waktu kenangan yang sesunguhnya. Bukan hari ini, dan ini bukanlah awal untuk mengenang. Tetapi masih ada waktu yang berputar di kemudian hari. Karna hari ini adalah besok yang kemarin dan kemarin adalah hari esok yang masih tertunda.
No comments:
Post a Comment