Thursday, 22 December 2022

Tepat ke-29 tahunya sudah kalian bersama. Mengarungi bahtera rumah tangga yang banyak di terpa masalah masalah. Tapi tetap kokoh dan bersama. Menjadikan sakinah mawadah dan waromah di keluarga yang kecil dan bahagia. Ibu dan ayah adalah sosok yang sampai saat ini masih bersama dalam suka dan duka. Menjalani rumah tangga dari masa ke masa. Dari orde baru hingga masa sosial media. Dari masa 50pera sampai 50ribu rupiah. Masih bersama. Meski hari ini di terpa banyak cobaan dan masalah. Tetap tegar, tetap berdiri, dan tetap tertawa bersama. Tetap bahagia di dalam rumah sederhana hingga terasa mewah bagi anak anaknya. Itulah ibu dan ayah hari ini yang merayakan keluarga kecilnya.

Sebagai anak ketiga dari dua bersaudara, Mungkin saya sedikit bercerita kisah keluarga kami yang begitu terasa bahagia. Meski pada dasarnya banyak hujatan tak terhingga. Mulai dari masa masa saya duduk di bangku sekolah,  ayah adalah salah satu pejuang kita untuk merasakan bangku sekolah yang begitu baik. Tidak lain dan tidak bukan saya dan kakak kakak saya merasakan bangku sekolah yang bisa dikatakan wah untuk anak sekolah pada jaman itu. Sekolah kota dan jauhnya rumah menjadikan kita hari ini tegar untuk tetap bahagia. Mengapa? Karena ayah adalah sosok orang tua yang selalu membuat anak anaknya tetap bahagia. Meski tidak memiliki apa apa, tetapi cukup untuk kita bisa kemana saja. Kembali kepada sosok ibu hari ini dan hari hari kemarin lainya. Ibu adalah sosok yang begitu mencintai anak anaknya. Hingga terasa rindu ketika masakan ibu tidak pernah dirasakan ketika jauh dari rumah.

Keluarga kami adalah keluarga yang bahagia, meski banyak kekurangan tetapi ada sosok ayah dan ibu yang selalu menutupi kekurangan kekurangan itu.

Saturday, 4 August 2018

Filsafat Sebagai Jalan Berkomunikasi #1

Judul di atas barangkali sedikit rancu ketika mereka yang lebih pantas menuliskan atau lebih matang dengan filsafat. Tetapi, kiranya saya meminta pemakluman tentang apa yang saya tulis dan apa yang menurut pandangan saya.

Apa sebenarnya filsafat itu? Atau lebih jelasnya berfilsafat itu? Banyak yang belum paham termasuk saya, dan bahkan masih mempertanyakan filsafat itu sendiri. Menurut pandangan saya bahwa filsafat merupakan pandangan atau pendapat kita sendiri. Filsafat merupakan keberanian berkomunikasi. Percaya terhadap diri sendiri dan siap untuk berargumentasi ketika ada pandangan ataupun gagasan yang menurut kita pantas untuk ditanyakan.

Tidak lain, bahwa filsafat merupakan jalan berkomunikasi adalah mutlak sangat dibutuhkan. Semisal komunikasi antar individu,  komunikasi dalam kelompok. yang mana, ada titik titik dimana kita merelatifkan pandangan fundamental kita masing masing. Kepada diri kita sendiri dan bertanya di belakangnya. Bahkan secara detail pun kita mampu membahas komunikasi yang putus, komunikasi yang menghapuskan segala kesalah pahaman. Atau hal hal yang menyangkut emosional.

Filsafat merupakan jalan untuk mencapai suatu integrasi dari berbagai kegiatan yang menyangkut komunikasi. Maka sesungguhnya filsafat mampu membuka dan membantu menjelaskan sikap manusia bahkan diri kita sendiri secara menyeluruh tentang bagaimana agama, etika, sosial dan lain sebagainya.

Darsitu, kita dapat dan mampu berkomunikasi langsung yang lebih mendalam, baik dengan para filsuf, maupun dengan mereka yang bukan filsuf. Yang dimaksudkan adalah adanya komunikasi di dalamnya.

Dan dari pertanyaan pertanyaan tentang apa itu filsafat dan berfilsafat, maka kembali kepada kita sendiri, percaya kepada diri sendiri dan mampu menjawab sesungguhnya apa yang orang lain tanyakan dari dirinya maupun kepada kita hal hal yang menyangkut dari prinsip dasar kehidupan dengan teknik dan metode sendiri untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan itu.

Dan lebih daripada itu, filsafat bukan hanya sekedar berintegrasi maupun berkomunikasi. Tetapi lebih daripada membentangkan asumsi dan pandangan diri sendiri dan kesediaan dikritik habis habisan. Lebih tepatnya adalah memberikan ruang sebesar besarnya kepada orang lain untuk bertanya. Maka pada dasarnya filsafat sebagai jalan berkomunikasi.

Thursday, 21 June 2018

Kemenagan dalam kesusahan

Kemenagan. Perasaan haru dan jernih yang dirasakan hati hati manusia baru. Terasing, tersadar di pagi yang dingin. Sunyi, hening. Setelah lolos pada memori malam yang tidak pernah setuju pada kesakitan.

Hujan semalam yang mengguyur pun perlahan lahan membawa doa dari sejuta jiwa jiwa pilu dan sepi di bawah atap yang memantulkan bunyi, hanya sekedar mimpi yang hangus di kala pagi menyapa.

Alam yang selalu di balut dingin, kini menabur naburkan benih yang bertunaskan warna warni kehidupan. Hidup, kadang menyakiti masih menjadi Indah. Begitu yakin dan mengakuinya. Entahlah

Lalu, disuatu desa yang asri itu kita menunggu kemunculan kemenangan. Bagai anak anak yang merindukan taman bermain. Kita di penuhi keceriaan dan kebahagiaan. Di taman itu tak ayal masih menyisakan pertanyaan. Pertanyaan yang saling menyalahkan.

Manusia lain banyak bertanya tentang kemenagan yang sesungguhnya. Dan manusia lain pun menjawab lewat pernyataan yang pasti. Bahwa hidup yang di takdirkan untuk terus menunda, adalah hidup yang benar benar harus di kejar dan di raih. Agar kemenagan yang sesunguhnya, tumbuh dan kekal selamanya.

Monday, 22 January 2018

Kamu dan Aku Bukan (kita)

Ini bukanlah sebuah rencana.
Sekarang,,
Kau jauh terpisah, Kita..
Diantara megahnya kota, dan hiruk pikuk kebisingan disekitarku.
Dulu,,

Aku menikmati malam tanpa hura hura dan sebagainya..
Saat ini,,
Aku hanya mimpi di alam bawah sadarmu.
Membayangkan apa yang aku lakukan tanpamu.
Bukan maksud merindu,,
Senyum manis di raut wajah itu..
Menyuruhku untuk kembali menikmati.
Tetapi entah mengapa,

Aku memilih untuk berdiam diri.
Karna aku ingin semua sebaliknya,
Kamu merasa demikian.
Sehingga,
Semua yang kita lalui semakin jelas terasa.
Aku tidak ingin mengecewakanmu,
Karena akupun sebaliknya.
Aku pernah,

Merasakan saat saat kegagalan dan bangkit.
Dan merasa jatuh lagi.
Sehingga pernah berada di titik mati rasa.
Dan menjalani hari dengan seadanya.
Sekarang,
Aku kembali bangkit berdiri.
Cukup sampai disini.

Tuhan,,
Aku tak sanggup jika harus merasa jatuh lagi.
Kehilangan,
Dan merasa sakit.
Sekarang, masa depan ada di tanganMu.
Dan semua hanya kembali KepadaMu
Untuk segala hasil yang dilalui.

FGL ©2018

Monday, 4 December 2017

Balutan Dingin Malam "Sajak"

Malam tenang di baluti udara dingin pengharapan, sosok tua yang perlahan sudah mulai nampak redupnya di depan sana. Duduk bersandar dalam lelah kehidupan. Menatap tv tua Dan hewan peliharaan, yang hanya bisa meratap namun tak pernah bisa mendekap.

Dan malam, entah darimana bias sajak itu memantul . Saat menatap wajah sayu yang bersandar dalam peluhnya lelah, tersadar garis wajah itu terwarnakan Abu abu. Entah waktu yang memaksa untuk hidup atau hidup Yang memaksa waktu. Untuk keseharian Yang dibaluti resah Dada Dan lelah bersama peliharaan yang entah setia

Dan dia  tak pernah menyalahkan setiap detik yang terhilang oleh waktu, karena dia pun tahu, setiap dekapan hatinya akan selalu ada, yang selalu menemaninya duduk di beranda rumah kala menjelang petang , atau bersandar manja di pundaknya yang mulai terus merapuh . karena dia pun tahu, suatu saat entah dia atau hatinya yang pulang terlebih dulu. pulang kembali pada Tuhan-Nya, ke tempat dimana seharusnya kita berada,

Dan ini sebuah cerita,

Kisah cinta majikan kepada hewan peliharaanya. Dan tv tua Yang mulai redup seiring berjalanya waktu

Saturday, 2 December 2017

Tentang sebuah Tulisan

Manulis adalah salah satu kehidupan yang tidak akan pernah lepas dari Manusia. Dimanapun kapanpun pasti semua akan menulis entah tulisan itu untuk apa dan buat apa. Menulis juga membuat otak kita bekerja mengingat apa yang ingin di tulis dan apa yang pernah tersimpan pada memori otak kita. Menulis juga hal yang sangat unik, karena menulis kita mampu memilah kata perkata untuk menjadi sebuah kalimat yang bermakna. Sexi untuk di baca.

Menulis juga adalah sebuah komunikasi. antara saya dan lingkungan sekitar. Coba bayangkan jika tidak adanya sebuah tulisan. Bagaimana kita mengenal hal hal yang diluar batas pikiran kita. Contoh spesifik adalah pena, bagaimana kita mengetahui fugsi pena tanpa kita membaca dan mencari tau terlebih dahulu. Maka menulis bagi saya adalah hal yang pernah kita ketahui sebelumnya dan kita review kembali menurut olah otak kita.

Bagi saya, menulis bukanlah hal yang harus di banggakan. Menulis bagi saya adalah salah satu kegiatan yang mengasikkan. Berdiam, merenung, bahkan menututup mata untuk sekedar menyatukan kata kata menjadi kalimat yang bermakna merupakan kegiatan yang sarat akan penat yang melanda. Ketika semua hal yang kita baca mampu kita olah menjadi kalimat kalimat yang enak untuk di baca. Kehidupan, kritikan, masukan, bahkan sekedar untuk kita implementasikan mampu kita ciptakan lewat sebuah tulisan.

Tentang sebuah tulisan yang sering saya post lewat blog pribadi saya sepenggalkatakata.blogspot.com, bagi saya apa yang di post di sini adalah wadah saya sebagai seseorang yang belajar dan belajar bukan sebagai seorang yang tau akan segala hal. Maka dipuji pun tak mengapa, dan di kritikpun saya lebih suka. Karna kesempurnaan tulisan bukan ada pada penulisnya. tapi pada pembacanya.

Wednesday, 29 November 2017

Alam, Perjalanan menjadi kebersamaan

Sore nan Indah di ujung kota Manado. Molas punya cerita, kebersamaan kita dari yang Muda dan juga yang Tua. Rihla di balut dalam nuansa Silahturahmi dan kebersamaan. Tak mengenal siapa kita tetapi tentang bagaimana kebersamaan mampu kita ciptakan bersama lewat tafakur Alam. Api unggun, petikan gitar dan juga iringan lagu lagu malam menambah suasana hangat yang dingin di pingir pantai. bertukar ide dan gagasan lewat lingkaran. Menjadi hal ihwal yang tak bisa di lewatkan.

Sebagai orang yang baru bergabung di Rimba Hijau Hitam tentunya baru pertama merasakan Rihla ini. Bagus dan bukan hanya menjadi kegiatan yang berlabel silaturahmi. Tetapi lebih dari pada mengenal satu dan lainya. Karakter bahkan jiwa seseorang mampu kita ketahui lewat kegiatan ini. Dan juga saling terbukanya perkenalan antara yang Tua dan yang muda. Dalam artian siapa yang lebih dahulu menanjak di Rimba Hijau Hitam akan saling mengenal dengan kita yang baru menanjak.

Tentunya bukan hanya sekedar bersantai santai dan juga bermain main. Rihla mengajarkan kita bahwa Alam punya waktu tersendiri untuk kita nikmati. Dikala otak dan waktu tidak bersinergi dengan tubuh. Dikala waktu dan kesempatan banyak kita buang dengan hal hal tidak berguna. Maka di sinilah kita curahkan semua itu, nikmati sedikit waktu untuk bersama, menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan yang Indah bersama Alam.

Aoutbond menjadi hal terakhir dikala semua kita nikmati. Mengajarkan kita arti kebersamaan yang sebenarnya. Mengapa demikian? Yah karena kekompakan kelompok adalah contoh dari sebuah organisasi yang baik. Organisasi ketika tidak lagi kompak maka ada kecangungan dari setiap pertemuan. Maka melalui Rihla inilah kekompakan kita di uji dengam games games yang menarik untuk menyatukan kekompakan antar kelompok tersebut.

Akhir dari tulisan ini adalah. Jadikan kebersamaan menjadi salah satu hal ihwal yang harus dan wajib. Agar setiap permasalahan permasalahan mampu kita pecahkan bersama meski dalam suasana yang berbeda. Contohnya bersama Alam Semesta. Karena Silahturahmi tidak harus bersifat formal bahkan megah dan mewah yang terpenting adalah bagaimana kita mampu ciptakan hal dalam silaturahmi tersebut. Karena barang siapa yang memutus tali silahturahmi maka ditutup pintu surga baginya.

Monday, 13 November 2017

Goresan Sejarah Jilid I

Desa kopandakan adalah sebuah desa yang ada di Kotamobagu. Tepatnya di Kotamobagu Selatan. Pada awalnya, desa kopandakan adalah sebuah desa yang bernama "ibulu" dimana desa ini terletak antara mokoit dan tondoit. Yang pada tahun 1700-1705, dipimpin oleh seorang kepala suku yang disebut juga "Dadangkat". Pada saat itu kondisi desa masih belum tertata. Rumah rumah penduduknya berbentuk rumah gedang yang terletak tidak beraturan dan saat itu hanya terdapat sedikit pemukiman warga yaitu hanya ada 13 unit saja. Serta jumlah penduduk 265 orang dan belum memiliki ataupun menganut agama tertentu.

Kemudian pada tahun 1715-1740 desa ini dipindahkan ke sebelah Timur. Dengan nama "ibongkuda". yang pada saat itu, jumlah penduduknya 322 orang dengan jumlah pemukiman warga berjumlah 22 unit rumah. Pada tahun 1740, kemudian berpindah lagi kesebelah Barat dengan Nama desa "kobio". Yang bertahan sampai pada tahun 1800 dengan jumlah penduduk bertambah menjadi 450 orang dengan jumlah pemukiman warga 45 unit rumah. Kemudian pada tahun 1800-1815, sebagian penduduk berpindah ke Tungoi sehingga hanya tersisa 192 orang penduduk dan 37 unit rumah yang ada di desa itu.

Memasuki tahun 1815-1860, pemerintah dipimpin oleh kepala suku "makasa" dengan bentuk sebuah perkampungan. Kemudian, dirubah namanya menjadi "Iloluang" dengan jumlah rumah penduduk menjadi 73 unit dan jumlah penduduk 165 orang. Sejak tahun 1860, penduduk di desa tersebut sudah memeluk agama Islam.

Tahun 1860-1870, pemerintah dipimpin oleh kepala suku "Ongking" dan nama desa berubah menjadi "Itapa". Pada saat itu,  jumlah rumah sudah menjadi 96 unit. Dan jumlah penduduknya mencapai 700 orang dan yang memeluk agam Islam 51 orang.

Pada tahun 1870-1900, pemerintah dipimpin oleh "simbuludon". Beliau dikenal kuat, berani dan baik hati. Pada saat itu, jumlah penduduk berjumlah 860 orang serta pemukiman warga berjumlah 103 unit rumah. Pada zaman ini, jumlah pemeluk agama islam mencapai 70 orang. Sehingga beberapa umat sudah mulai mendirikan tempat peribadatan. Atas persatuan umat islam, mereka mendirikan tempat ibadah sederhana di tepi sungai Kope yang biasa disebut "Langar".

Dari tahun 1900-1908, perkampungan atau desa mulai berkembang dengan cepat. Sehingga menjadi besar dan bahkan menjadi dua bagian. Desa "Kobio" dan desa "Panta". Maka dengan sendirinya,  pemerintah pun menjadi dua bagian. Desa kobio di pegang oleh Simbuludon dan desa panta di pegang oleh Hukung Antoni. Dan pada masa itu, jumlah penduduk sudah mencapai 925 orang serta penganut agama Islam berjumlah 185 orang. Penganut agama Kristen berjumlah 65 orang dan sisanya belum memeluk agama sama sekali.

Pada zaman Simbuludon dan Hukung Antoni ini, terdapat banyak peristiwa peristiwa bersejarah di desa. Yaitu
-Tahun 1901 Belanda masuk ke Bolaang Mongondow.
-Tahun 1906 tanggal 20 Agustus,  sekolah didirikan Di desa untuk pertama kalinya.
-Pembakaran kampung oleh penduduk yang bernama Konge. Menghanguskan seluruh rumah Gadang (Rumah panggung).

Tahun 1908-1910 Kobio dan Panta disatukan kembali menjadi satu desa yaitu desa "Kope" dibawah pemerintah "Ujun Tungkagi". Kemudian pada Tahun 1910-1911 pemerintah berganti dipimpin oleh "Ali Oli". Pada dua masa tersebut, rumah penduduk berjumlah 140 unit. Dan jumlah penduduk 1006 orang. Penganut Agama Islam 185 orang dan Agama Kristen 78 orang. Sisanya belum memeluk Agama sama sekali.
Dan pada tahun 1911 desa "Kope" diganti kembali dengan Nama "Kopandakan" sampai dengan sekarang ini.

Sumber: Goresan Tinta Sejarah yang ditulis oleh Alm. Aba Lando Manoppo (Papi Opol)

Jilid-I

Sunday, 5 November 2017

HALLO KAWAN?

Tulisan ini saya tulis kepada mereka yang pernah menjadi kawan dan lawan dalam pertemanan. Jujur saja, hari ini mungkin ada yang melupa. Ketika di persimpangan berjumpa tapi tak menyapa. Ketika kata hay hanya di dalam hati saja. Kawan, jangan mengenang hanya karna kedekatan saja. Tapi kenanglah karna kita pernah bersama. Bukan soal pernah menjadi lawan, tapi soal pernah berkawan. Karna pertemanan tak selamanya dikenang. Ia harus di lupa agar ada kerisauan dalam dada untuk menyapa. Siapa saya dan bagaimana saya pernah bersama kalian. Tidak perlu lagi untuk berpura pura menyapa. Karna pada dasarnya lebih baik memenjarakan suasana. dibanding harus melepaskannya hanya untuk sekedar menyapa dusta.

Hallo kalian para sarjana muda, sudahkan kalian bekerja? Atau sudahkan kalian menikah? Saya hanya ingin bertanya saja. Mungkin ada yang melupa siapa saya. Tapi tak mengapa, karna lebih baik kita mengingat dari pada melupa. Soal siapa dan siapa. Biar ingatan saja yang mulai mengupas logika ingatan kita. Bicara soal mengenang, mungkin hari ini logika saya mulai terbuka. Satu persatu perjalanan kuliah saya mulai terbuka. Dari awal hingga akhir mulai teringat kembali. Saat menulis akhir semester lalu. Saya ingin kembali menyapa mereka dengan tulisan. Tak bagus. tapi hanya sedikit dari kita yang mulai hobi untuk menulis. Meluangkan waktu bersama selembar kertas dan secungkil pensil biar nanti bisa di hapus di kemudian hari. Karena tak selamanya kita di kenang melainkan siapa yang membaca kembali.

Tulisan ini hanyalah sepintas dari saya untuk menyapa. Kira kira masih ada yang kenal atau tidak. Yah tidak mengapa. Karena dari awal mungkin saya tidak pernah menyapa hanya menjadi kawan saja. Jujur saja melihat mereka hari ini yang banyak mengenang moment saat kebersamaan, timbul pertanyaan dalam benak saya. Mengapa tidak ada yang mengenang moment moment pertemanan bersama saya? Atau mereka sudah lupa? Atau atau atau lainya. Sudahlah. Biarkan tanya ini menjawab di suatu waktu. Disuatu suasana. Ketika ada hal yang ingin di tanya, dan ketika waktu itu malu untuk menyapa siapa saya dan siapa saya. Mungkin saja. Biarkan saja.

Pertemanan memang mengasikan. ketika semua moment yang pernah kita jalani bersama, kembali untuk kita kenang. Tapi terasa percuma. ketika siapa yang kita kenal duluan lalu yang terkenang hanya mereka yang dikenal di akhir saja. Pemahaman saya hari ini, yang masih menjadi mahasiswa. mungkin mereka mengenang hanya karna mereka sederajat. Sesarjana, seagama. Dan bahkan sebanyak uang yang mereka punya. Mungkin saja. Karena melihat dinamika hari ini, yang terjadi yah begitu begitu saja. Mengenang moment pertemanan, hanya melihat mereka dan mereka saja. Tanpa melihat kita sebagian dari mereka. Mungkin ada yang merasa seperti saya, tanpa harus mengungkapkannya. Karena mereka sadar, kita memang tidak pernah sejalan dari awal. Kita tidak seharmonis yang selalu di suarakan. Bukan maksud untuk menyindir tapi kenyataan mengatakan demikian.

Akhir kata dari tulisan saya ini adalah, hari ini mungkin kalian mengenang satu persatu tanpa melibatkan semua. Karena kedekatan emosional yang berbeda. Karena persamaan suku ras dan agama. Karena persamaan siapa lawan dan siapa kawan yang sebenarnya. Tapi ingat dan ingat. Jangan pernah melihat kebelakang, ketika hal demikian yang kalian tinggalkan. Tetapi lebih di pandang di kemudia hari, lebih di angkat di kemudian hari. Dan lebih di hormati di kemudian hari. Karena itu semua akan ada pada satu titik waktu kenangan yang sesunguhnya. Bukan hari ini, dan ini bukanlah awal untuk mengenang. Tetapi masih ada waktu yang berputar di kemudian hari. Karna hari ini adalah besok yang kemarin dan kemarin adalah hari esok yang masih tertunda.

Saturday, 28 October 2017

NGOPI "KATANYA"

Sebagai mahasiswa yang sudah lama mendiami kota manado. Tentunya sudah tidak asing lagi dengan kehadiran warung warung kopi yang ada di kota ini. Di sini, saya sedikit mengupas tentang Aktivis warung kopi dan lifestyle yang sedang trend di kalangan mahasiswa jaman sekarang. Dengan perbincangan sedikit bersama seorang senior yang juga sudah matang dalam hal bergaul dengan kalangan aktivis aktivis mahasiswa dan juga keseharian yang sering di habiskan lewat bualan warung kopi, maka kembali saya melirik untuk menjadikannya sebuah tulisan.

Sejujurnya menjadi kaum intelek masa kini memang enak di pandang. Pergaulannya dikenal banyak. Apalagi bicara soal keaktifan di setiap beberapa diskusi dll. Tapi melihat dari segi kehidupan masa kini, saya rasa hanya sebatas menjadikannya trend dan gaya hidup semata. Tentunya, dengan belum trend kalau belum nongkrong di warung kopi. Bisa saja. Disela sela perbincangan kami, disitu juga membahas soal trend baca buku hanya dijadikan sebagai batu sandaran dan gaya gayaan. Mengapa demikian? Pembaca, hari ini kita hidup pada fase teknologi yang membumi. Beberapa dari kita bahkan kebanyakan, sering mengiati dunia maya dll. Termasuk saya juga. Bicara soal gaya gayaan, mungkin melihat realita sekarang banyak yang baru belajar pengantar pada suatu bacaan namun sudah eksis terlebih dahulu. Mengapa sebap? Karena trend dunia maya tadi. Menjadikanya sebuah keeksisan untuk gaya gayaan.

Berbicara aktivis warung kopi dan membaca tadi, kembali kepada kita dan pandangan kita hari ini. Bahwa sejatinya warung kopi hanya dijadikan trend gaya gaya tanpa terciptanya satu konsep dalam berdiskusi. Buku hanya dijadikan media pelirik untuk eksis dan dikatakan hebat. Bukan lagi soal ilmu tapi soal gaya dan keeksisan. Kembali ke warung kopinya. Disisi lain kehadiran warung kopi saat ini memang menjanjikan bagi pengusahanya. Mengapa demikian? Karena trend gaya gayaan tadi. Kebanyakan dan sudah tidak asing lagi ketika kita hadir di satu warung kopi, lalu lebih banyak kalangan seperti kita mahasiswa sedang asik asiknya berfoto ribut ributan lalu kembali melirik handphone. Itulah yang sedang trend masa kini. (Katanya)

Bicara soal warung kopi dan segala dinamika yang terjadi di dalamnya, adalah bagaimana kita hari ini melihat suatu permasalahan yang timbul. Bincang bincang yang terjadi sambil menikmati secangkir kopi pasti akan menghadirkan satu konsep pandangan untuk satu persoalan bahkan masalah. Disisilain, warung kopi juga menjadi wadah satu aspirasi atau satu konsep pemikiran dari para penikmatnya. Bercampur aduk, pejabatnya, penulisnya, pewartanya, pendidiknya, bahkan kaum terbawah yaitu para mahasiswa yang giat melirik setiap aktivitas aktivitas yang timbul dan menjadi satu bahan perbincangan yang hangat.

Jadi, dari tulisan yang sederhana ini. bahwa kehadiran warung kopi hari ini bukan lagi soal tempat atau wadah untuk berdiskusi. Bukan lagi wadah untuk menanpung dan membahas beberapa aspirasi dari kalangan kalangan kelas bawah. Namun hanya menjadi sebuah trend dan gaya hidup masyarakat. Dan bahkan hanya menjadi tempat untuk menunjukan keeksisan dan gaya gayaan. Akhir kata dari saya, bahwa coba jadikan sebagai mana mestinya. Bukan lagi sebagai mana gayanya. hari ini mungkin kalian eksis dan dikenal banyak orang hanya karena warung kopi. Tapi disisi lain, hanya menjadikannya tempat untuk eksis dan kesombongan semata. Tanpa mengetahui apa yang terjadi dan pantas untuk dilirik sembari menikmati secangkir kopi.

"Bukan soal siapa, tapi soal nikmat dan kenikmatan, pecandu melahirkan ide dan gagasan sedangkan penikmat hanya melahirkan trend kekinian" #kopistengah

Tepat ke-29 tahunya sudah kalian bersama. Mengarungi bahtera rumah tangga yang banyak di terpa masalah masalah. Tapi tetap kokoh dan bersama...