Desa kopandakan adalah sebuah desa yang ada di Kotamobagu. Tepatnya di Kotamobagu Selatan. Pada awalnya, desa kopandakan adalah sebuah desa yang bernama "ibulu" dimana desa ini terletak antara mokoit dan tondoit. Yang pada tahun 1700-1705, dipimpin oleh seorang kepala suku yang disebut juga "Dadangkat". Pada saat itu kondisi desa masih belum tertata. Rumah rumah penduduknya berbentuk rumah gedang yang terletak tidak beraturan dan saat itu hanya terdapat sedikit pemukiman warga yaitu hanya ada 13 unit saja. Serta jumlah penduduk 265 orang dan belum memiliki ataupun menganut agama tertentu.
Kemudian pada tahun 1715-1740 desa ini dipindahkan ke sebelah Timur. Dengan nama "ibongkuda". yang pada saat itu, jumlah penduduknya 322 orang dengan jumlah pemukiman warga berjumlah 22 unit rumah. Pada tahun 1740, kemudian berpindah lagi kesebelah Barat dengan Nama desa "kobio". Yang bertahan sampai pada tahun 1800 dengan jumlah penduduk bertambah menjadi 450 orang dengan jumlah pemukiman warga 45 unit rumah. Kemudian pada tahun 1800-1815, sebagian penduduk berpindah ke Tungoi sehingga hanya tersisa 192 orang penduduk dan 37 unit rumah yang ada di desa itu.
Memasuki tahun 1815-1860, pemerintah dipimpin oleh kepala suku "makasa" dengan bentuk sebuah perkampungan. Kemudian, dirubah namanya menjadi "Iloluang" dengan jumlah rumah penduduk menjadi 73 unit dan jumlah penduduk 165 orang. Sejak tahun 1860, penduduk di desa tersebut sudah memeluk agama Islam.
Tahun 1860-1870, pemerintah dipimpin oleh kepala suku "Ongking" dan nama desa berubah menjadi "Itapa". Pada saat itu, jumlah rumah sudah menjadi 96 unit. Dan jumlah penduduknya mencapai 700 orang dan yang memeluk agam Islam 51 orang.
Pada tahun 1870-1900, pemerintah dipimpin oleh "simbuludon". Beliau dikenal kuat, berani dan baik hati. Pada saat itu, jumlah penduduk berjumlah 860 orang serta pemukiman warga berjumlah 103 unit rumah. Pada zaman ini, jumlah pemeluk agama islam mencapai 70 orang. Sehingga beberapa umat sudah mulai mendirikan tempat peribadatan. Atas persatuan umat islam, mereka mendirikan tempat ibadah sederhana di tepi sungai Kope yang biasa disebut "Langar".
Dari tahun 1900-1908, perkampungan atau desa mulai berkembang dengan cepat. Sehingga menjadi besar dan bahkan menjadi dua bagian. Desa "Kobio" dan desa "Panta". Maka dengan sendirinya, pemerintah pun menjadi dua bagian. Desa kobio di pegang oleh Simbuludon dan desa panta di pegang oleh Hukung Antoni. Dan pada masa itu, jumlah penduduk sudah mencapai 925 orang serta penganut agama Islam berjumlah 185 orang. Penganut agama Kristen berjumlah 65 orang dan sisanya belum memeluk agama sama sekali.
Pada zaman Simbuludon dan Hukung Antoni ini, terdapat banyak peristiwa peristiwa bersejarah di desa. Yaitu
-Tahun 1901 Belanda masuk ke Bolaang Mongondow.
-Tahun 1906 tanggal 20 Agustus, sekolah didirikan Di desa untuk pertama kalinya.
-Pembakaran kampung oleh penduduk yang bernama Konge. Menghanguskan seluruh rumah Gadang (Rumah panggung).
Tahun 1908-1910 Kobio dan Panta disatukan kembali menjadi satu desa yaitu desa "Kope" dibawah pemerintah "Ujun Tungkagi". Kemudian pada Tahun 1910-1911 pemerintah berganti dipimpin oleh "Ali Oli". Pada dua masa tersebut, rumah penduduk berjumlah 140 unit. Dan jumlah penduduk 1006 orang. Penganut Agama Islam 185 orang dan Agama Kristen 78 orang. Sisanya belum memeluk Agama sama sekali.
Dan pada tahun 1911 desa "Kope" diganti kembali dengan Nama "Kopandakan" sampai dengan sekarang ini.
Sumber: Goresan Tinta Sejarah yang ditulis oleh Alm. Aba Lando Manoppo (Papi Opol)
Jilid-I